Setiap kali kudekatkan telinga
pada speaker telepon
masih saja ku rasakan bibirmu menggelitik
saat pertama kali kurangkai tubuhmu
dari digit angka telepon
samar-samar dapat kudengar kau berucap
“pasera neka ghi?”
Tubuhku merinding bercampur bahagia
Karena aku telah berhasil
Menciptamu perempuan teleponku
Seperti kecanduan
Waktuku tak pernah lepas dari membincangimu
tentang banyak hal
aku pun seumpama pengembala yang mengajak bicara
kambing-kambingnya tentang barang rumah tangga
setiap kali kudekatkan tenlingaku
pada speaker telepon
masih saja kurasakan bibirmu menggelitik
meski kini teleponku telah mati.
aq iri lho ma u! bisa buat puisi itu.
BalasHapuskuakui aku kalah. hehehe